Pendidikan

Pengertian Sejarah Perkembangan Kurikulum Di Indonesia

Pengertian Sejarah Perkembangan Kurikulum Di Indonesia

Untuk mencapai tujuan pendidikan yang luhur, dibutuhkan sebuah pedoman yang terstruktur dan terarah, yaitu kurikulum. Kurikulum di Indonesia telah mengalami perjalanan panjang dan dinamis, bertransformasi seiring perubahan zaman, kebutuhan masyarakat, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perjalanan ini mencerminkan upaya berkelanjutan untuk mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menghadapi tantangan global.

Pengertian Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia

Sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia merupakan gambaran kronologis tentang bagaimana sistem pendidikan kita dirancang dan diimplementasikan dari masa ke masa. Ia bukan sekadar daftar perubahan kurikulum, tetapi juga refleksi dari ideologi, politik, ekonomi, dan sosial budaya yang melingkupinya. Mempelajari sejarah ini penting untuk memahami konteks dan implikasi setiap perubahan kurikulum terhadap sistem pendidikan nasional, serta untuk mengambil pelajaran berharga guna menyempurnakan sistem pendidikan di masa mendatang. Perkembangan ini menunjukkan upaya adaptasi dan inovasi dalam menjawab perubahan kebutuhan masyarakat dan perkembangan global. Dari kurikulum yang berorientasi pada pengetahuan akademik hingga kurikulum yang lebih menekankan kompetensi dan karakter, perjalanan ini mencerminkan evolusi pemikiran tentang tujuan dan proses pendidikan di Indonesia.

Pengertian Sejarah Perkembangan Kurikulum Di Indonesia

Masa Kolonial: Fondasi yang Terfragmentasi

Sebelum Indonesia merdeka, sistem pendidikan di Nusantara dipengaruhi oleh penjajah Belanda. Kurikulum pada masa ini sangat terfragmentasi dan tidak merata. Pendidikan Barat lebih difokuskan pada kalangan elit, sementara pendidikan untuk rakyat kebanyakan sangat terbatas dan lebih menekankan keterampilan praktis untuk mendukung kepentingan ekonomi kolonial. Tidak ada kurikulum nasional yang terintegrasi, melainkan sistem pendidikan yang terpisah-pisah berdasarkan etnis, agama, dan kelas sosial.

Pendidikan untuk pribumi lebih menekankan pada pendidikan dasar yang sederhana, fokus pada keterampilan dasar membaca, menulis, dan berhitung. Sementara itu, pendidikan untuk kalangan Eropa dan keturunan Eropa jauh lebih maju dan komprehensif, dengan penekanan pada ilmu pengetahuan dan bahasa asing. Sistem pendidikan ini mencerminkan kebijakan diskriminatif kolonial yang bertujuan untuk mempertahankan kekuasaan dan eksploitasi sumber daya alam Indonesia. Kurikulum yang diterapkan pun tidak mencerminkan nilai-nilai dan budaya Indonesia, melainkan lebih berorientasi pada kepentingan kolonial.

Masa Peralihan: Mencari Bentuk dan Identitas

Setelah Proklamasi Kemerdekaan 1945, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam membangun sistem pendidikan nasional yang mencerminkan identitas dan tujuan bangsa. Kurikulum pada masa ini masih dalam tahap peralihan dan penyesuaian. Kondisi politik dan ekonomi yang tidak stabil serta keterbatasan sumber daya menjadi kendala utama dalam pengembangan kurikulum yang komprehensif dan merata.

Pada masa ini, upaya untuk menyusun kurikulum nasional mulai dilakukan. Namun, masih terdapat perbedaan pandangan dan pendekatan dalam merumuskan tujuan dan isi kurikulum. Beberapa pihak menekankan pada pendidikan moral dan kebangsaan, sementara yang lain lebih berfokus pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perbedaan ini mencerminkan dinamika politik dan ideologi yang terjadi pada masa revolusi dan awal kemerdekaan.

Orde Lama: Nasionalisme dan Ideologi

Pada masa Orde Lama, kurikulum pendidikan dipengaruhi oleh ideologi nasionalisme dan sosialisme. Kurikulum menekankan pada pendidikan kewarganegaraan, pendidikan Pancasila, dan pendidikan moral. Tujuannya adalah untuk membentuk warga negara yang berwatak nasionalis, bertanggung jawab, dan berdisiplin. Namun, implementasinya seringkali terhambat oleh berbagai faktor, termasuk kurangnya sumber daya dan kesenjangan pendidikan antar daerah.

Kurikulum pada masa ini juga mengalami beberapa revisi dan perubahan, mencerminkan perubahan politik dan sosial yang terjadi. Namun, secara umum, kurikulum tetap berorientasi pada pembentukan karakter dan nilai-nilai nasionalisme. Meskipun terdapat kekurangan, masa ini menandai upaya serius untuk membangun sistem pendidikan nasional yang berlandaskan pada nilai-nilai dan tujuan bangsa Indonesia.

Orde Baru: Modernisasi dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Masa Orde Baru menandai babak baru dalam pengembangan kurikulum pendidikan di Indonesia. Kurikulum pada masa ini menekankan pada modernisasi dan pengembangan sumber daya manusia (SDM) untuk mendukung pembangunan ekonomi. Kurikulum lebih terstruktur dan terprogram, dengan penekanan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan vokasi dan kejuruan semakin dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja terampil.

Kurikulum pada masa Orde Baru juga menekankan pada efisiensi dan efektivitas. Sistem ujian nasional diperkenalkan untuk mengukur pencapaian siswa secara nasional. Namun, kritik juga muncul terkait dengan penekanan pada aspek akademis yang terlalu kuat dan kurangnya perhatian pada pengembangan kreativitas dan karakter siswa. Meskipun demikian, masa ini menandai kemajuan signifikan dalam perluasan akses pendidikan dan pengembangan infrastruktur pendidikan di Indonesia.

Reformasi: Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Era Reformasi membawa perubahan signifikan dalam sistem pendidikan di Indonesia, termasuk dalam pengembangan kurikulum. Desentralisasi dan otonomi daerah memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah dalam mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan lokal. Kurikulum berbasis kompetensi mulai diterapkan, dengan penekanan pada pengembangan kemampuan dan keterampilan siswa.

Kurikulum berbasis kompetensi ini bertujuan untuk mencetak lulusan yang siap kerja dan mampu bersaing di pasar global. Namun, implementasinya menghadapi berbagai tantangan, termasuk kesenjangan kualitas pendidikan antar daerah dan kurangnya keseragaman standar pendidikan. Era reformasi juga menandai munculnya berbagai wacana dan pendekatan baru dalam pengembangan kurikulum, seperti kurikulum berbasis kompetensi, kurikulum berbasis karakter, dan kurikulum yang mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi.

Era Merdeka Belajar: Fleksibilitas dan Personalization

Era Merdeka Belajar yang digagas oleh pemerintah saat ini menandai babak baru dalam sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia. Kurikulum Merdeka menawarkan fleksibilitas dan personalisasi yang lebih besar bagi sekolah dan guru dalam mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa. Kurikulum ini menekankan pada pengembangan kompetensi inti, pengembangan karakter, dan pengembangan kreativitas siswa.

Kurikulum Merdeka juga memberikan ruang yang lebih luas bagi sekolah untuk berinovasi dan mengembangkan program pembelajaran yang sesuai dengan potensi dan minat siswa. Kurikulum ini juga menekankan pada kolaborasi antara sekolah, guru, dan orang tua dalam proses pembelajaran. Dengan memberikan kebebasan yang lebih besar kepada sekolah dan guru, diharapkan bahwa Kurikulum Merdeka dapat menciptakan sistem pendidikan yang lebih responsif terhadap kebutuhan siswa dan masyarakat.

Perjalanan panjang perkembangan kurikulum di Indonesia mencerminkan upaya berkelanjutan untuk membangun sistem pendidikan yang berkualitas dan relevan dengan kebutuhan bangsa. Dari kurikulum yang terfragmentasi pada masa kolonial hingga kurikulum yang lebih fleksibel dan personal pada era Merdeka Belajar, perkembangan kurikulum menunjukkan evolusi pemikiran tentang tujuan dan proses pendidikan di Indonesia. Setiap masa memiliki ciri khas dan tantangan tersendiri dalam mengembangkan kurikulum. Memahami sejarah ini sangat penting untuk mengantisipasi tantangan di masa depan dan untuk terus memperbaiki sistem pendidikan nasional agar lebih berkualitas dan mampu menghasilkan generasi yang unggul dan berdaya saing. Perjalanan ini juga mengajarkan kita bahwa kurikulum bukanlah sesuatu yang statik, melainkan dinamis dan terus berkembang seiring dengan perubahan zaman dan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, evaluasi dan adaptasi terus-menerus sangat diperlukan untuk menciptakan sistem pendidikan yang sesuai dengan konteks Indonesia dan mampu menghasilkan generasi yang mampu memajukan bangsa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *